Sabtu, 21 Desember 2013

Analisis Tindakan Sosial Tradisional Menurut Max Weber


Nama               :           Sri Muryanti
Nim                  :           3401412079
Rombel                        :           2
Mata kuliah      :           Teori sosiologi klasik


Analisis Tindakan Sosial Tradisional Menurut Max Weber
Menurut Max weber,tindakan sosial adalah tindakan penuh arti dari seseorang individu yakni tindakan yang sepanjang tindakan yang dilakukannya memiliki makna atau arti subjektif bagi dirinya sendiri dan diarahkan pada tindakan orang lain.
Max weber mengungkapakan bahwa dunia sebagaimana yang kita saksikan terwujud karena mereka memutuskan untuk melakukan hal tersebut untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran mereka memperhitungkan keadaan dan memilih tindakan.
Bagi max weber, struktur sosial adalah sebagai produk (hasil) dari suatu tindakan yang dilakukan oleh oleh individu, cara hidup adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan tersebut berarti sama dengan menjelaskan manusia dalam memilih suatu pilihan. Tindakan tradisioanl itu sendiri berarti tindakan yang didasarkan atas kebiasaan -kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja,
Dalam kehidupan masyarakat, tentu saja terdapat kebudayaan yang telah sejak dahulu ada dalam masyarakat, serta dipercayai dan dibudayakan oleh masyarakat itu sendiri, baik secara sadar maupun tidak disadari oleh masyarakat yang bersangkutan, meskipun tindakan yang bdilakukan tersebut bersifat nonrasional, tindakan tersebut tetaplah dilakukan dan dibudayakan oleh masyarakat yang bersangkutan karena sudah merupakan kebiasaan yang dibudayakan dan dilestarikan oleh masyarakat tersebut.
Tindakan tradisional seperti pelaksanaan kebudayaan masyarakat telah diakui dan diterima dengan baik oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan dan kebiasaan tersebut, mereka beranggapan bahwa tindakan yang mereka lakukan sudah benar dan sesuai dengan apa yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, mereka beranggapan bahwa tradisi yang telah berlangsung memang seperti ini, dan akan selalu seperti ini karena sudah di anggap benar, tindakan yang mereka lakukan hanya berdasarkan adat-adat, kebiasaa-kebiasaan, serta sesuatu yang telah sejak dulu dikerjakan.
Dari penjelasan diatas, saya memilih untuk mengambil kebudayaan-kebudayaan yang telah ada dan dilestarikan oleh masyarakat, meskipun tidak ada bukti yang membenarkan secara ilmiah, namun masyarakat yang menjalankan tindakan tersebut punya anggapan bahwa sebaiknya apa yang telah sejak dulu menjadi budaya dan kebiasaan suatu masyarakat tetaplah dilakukan dan dilestarikan seperti untuk tujuan menghindari mara bahaya, tolak balak, memohon keselamatan dan keberkahan,serta tujuan lain-lainnya.yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sebagai contoh
Dari contoh analisis tentang tindakan tradisional diatas, kebudayaan, adat-istiadat dan tradisi
Tradisi adalah suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu wilayah, negara, kebudayaan, golongan/agama yang sama.
Hal yang paling mendasar  dari tradisi yaitu adanya informasi yang di teruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi akan punah.
Masyarakat jawa memang terkenal dengan beragam jenis tradisi atau budaya yang ada di dalamnya. Baik tradisi cultural yang semuanya ada dalam tradisi atau budaya jawa tanpa terkecuali. Dari beragam macamnya tradisi yang ada di masyarakat jawa, hingga sangat sulit untuk mendeteksi serta menjelaskan secara rinci terkait dengan jumlah tradisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat jawa tersebut. Salah satu tradisi masyarakat jawa yang hingga sampai sekarang masih tetap eksis dilaksanakan dan sudah mendarah daging serta menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa pada setiap tahunnya adalah sedekah bumi. Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang orang jawa jaman dahulu. Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang berprofesi sebagai petani, nelayan yang menggantungkan hidup keluarga dan sanak saudara atau sanak keluarga mereka dari mengais rizki dari memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi.
Bagi masyarakat jawa khususnya petani dan nelayan, tradisi berupa sedekah bumi yang telah dilaksanakan secara turun temurun dilaksanaakan setahun sekali tak hanya menjadi rutinitas atau ritual tahunan saja, akan tetapi bagi masyarakat jawa, pemaknaan ritual sedekah bumi berupa pencerminan dari wujud syukur masyarakat jawa terhadap hasil bumi yang melimpah dari sang pencipta dengan syukuran dan manganan, serta pagelaran seni budaya seperti wayang maupun ketoprak.
Upacara sedekah bumi dilaksanakan oleh masyarakat tersebut, ada upacara selmetan dan manganan, dengan membuat tumpeng maupun nasi berkat berupa nasi uduk ditambah dengan jajanan khas atau jajanan daerah yang disebut masyarakat dengan juadah pasar, juadah pasar adalah macam-macam makanan pasar yang digunakan untuk upacara atau ritual tertentu. Setelah nasi berkat dan juadah pasar tersedia, masyarakat berkumpul pada suatu tempat seperti tempat sesepuh, punden, balaidesa, ataupun temapat lainnya yang telah disetujui oleh masyarakat setempat untuk menggelar upacara selametan tersebut, setelah itu nasi lalu dibawa ke punden untuk dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh setempat , setelah didoakan, maka nasi tersebut dikembalikan ke warga yang membuat dan membawa nasi berkat dan juadah tersebut untuk di makan bersama-sama maupun dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga dirumah masing-masing.
Nasi berkat dan juadah pasar ini adalah salah satu syarat dalam pelaksanaan upacara sedekah bumi tersebut, setelah upacara doa dan manganan selesai, upacara sedekah bumi dilanjutkan dengan pagelaran seni seperti wayang maupun ketoprak, pertunjukkan seni tersebut dipadukan pula dengan ketupat luwar yang telah diisi dengan beras kuning dan uang receh dalam satu tarikan, terurainya ketupat adalah pertanda terselesaikannya masalah seseorang, setelahnya ada pulanasi urap yang dibawa oleh masyarakat, iuran uang urap didapat dari uang suka rela sumbangan dari masyarakat di desa glagah tersebut, setelah diselameti, nasi tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dibagikan ke masyrakat, adapula yang digelar dalam tampah untuk dimakan secara bersama-sama pada upacara tersebut
Warga juga mendapatkan air manakib yang dibagikan dari gentong atau Gucci dari peninggalan sesepuh desa glagah.
Nasi,daun pisang, dan air adalah perwujudan dari pemberian tuhan yang maha Esa, ketiganya dipercaya sebagai pertanda kehidupan dimasa yang akan datang, sedangkan pisang adalah pertanda panen warga, jika daun pisang yang digunakan untuk mebungkus kurang, maka menandakan bahwa masyarakat akan mengalami kekurangan dan kegagalan hasil panen, sedangkan jika air yang kurang, maka menandakan bahwa masyarakat akan mengalami kemarau panjang dan berlangsung lama.
Menurut adat istiadat yang telah turun temurun dilaksanakan, harus ada nasi berkat yang dimasak oleh masyarakat dan dekem berupa satu ekor ayam yang di krekep dan harus masih utuh tanpa dikurangi sedikitpun, jika dikurangi ada kepercayaan bahwa danyang atau sesepuh penunggu punden ataupun tempat keramat tersebut akan marah karena merasa di sisani, sedangkan jajanan dan juadah pasar yang di tambahi dengan bunga setaman adalah sebagai pelengkap dalam pelaksanaan upacara tersebut
Ritual sedekah bumi yang telah menjadi tradisi dan dilaksanakan secara turun temurun adalah sebagai symbol penghormatan manusia terhadap tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai wujud syukur dari pemberian tuhan yang maha Esa terhadap hasil panen yang melimpah ruah.
Selain sedekah bumi adapula tradisi nyumpet bagi orang yang akan mempunyai hajat besar seperti tasyakuran pernikahan maupun sunatan, mereka yang akan memiliki hajat tersebut disarankan untuk melakukan sumpetan, sumpetran sendiri adalah pemberian sasajen berupa makanan makanan dan juadah pasar yang diletakkan pada sumber mata air maupun punden, serta satu buah nampan lagi diletakkan diatas genting rumah, pemberian sumpetan ini dianggap untuk menghargai roh-roh maupun danyang penunggu tempat tersebut agar tidak mengganggu jalannya proses tasyakuran warga yang memiliki hajat, karena dipercaya apabila tidak melakukan sumpetan, maka aka nada saja gangguan yang datang dari mahluk halus seperti nasi yang tidak matang dimasak berjam-jam, bumbu yang tiba-tiba hilang, atau makanan-makanan yang tiba-tiba basi meskipun baru saja dimasak, warga mempercayai bahwa hal tersebut adalah gangguan dari roh halus di tempat tersebut,berupa gangguan dari gendruwo dan lain-lain, sehingga adat-istiadat dari masyarakat yang telah turun temurun dipercaya, membenarkan bahwa sumpetan wajib dilakukan untuk menghindari gangguan, tradisi tersebut telah ada dalam masyarakat sejak dahulu dan dipercaya pula oleh masyarakat yang bersangkutan.
Melihat contoh diatas, pelaksanaan sedekah bumi dan upacara sumpetan yang dilakukan sebelum pelaksanaan hajat seseorang, dapat digolongkan bahwa tindakan tersebut adalah sebagai sebuah tindakan tradisional, mengingat tradisi yang dijalankan tersebut adalah tradisi yang berasal dari nenek moyang  yang merupakan kebiasaan yang terus menerus dilakukan dari tahun ketahun oleh masyarakat setempat,tradisi tersebut telah lama mapan serta diakui tanpa dipermaslahkan oleh masyarakat yang bersangkutan, tradisi tersebut akan tetap ada karena adanya anggapan dari nenek moyang bahwa tradisi tersebut telah ada sejak dahulu dan akan selamanya berjalan seperti itu selama masyarakat masih mempercayai dan melestarikan keberadaan budaya tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar