Implementasi Total Quality Management di Sekolah
Disusun untuk melengkapi
tugas pengganti mata kuliah manajemen sekolah
Nama : Sri
Muryanti
Nim : 3401412079
Rombel : 36
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Total Quality
Management adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi
(warga sekolah) terhadap kegiatan sekolah. Dalam penerapannya, TQM berarti
semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan, sehingga
membutuhkan partisipasi dari seluruh anggota sekolah untuk dapat mewujudkan
manajemen sekolah yang berjalan dengan baik, sehingga menghasilkan kualitas sekolah
yang bermutu.
Dalam ajaran Total Quality Management,
lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam
istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa
harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang
demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas
pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki
kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan (Adnan Sandy Setiawan :
2000),
Asas demokratis yang dianut dalam penerapan total quality management,
memberikan kebebasan pada seluruh anggota sekolah untuk mengemukakan pendapat,
dengan harapan proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan lain di sekolah
dapat berjalan secara proporsinal dan bersifat two way communication tanpa ada
pihak yang mendominasi salah satu dari keduanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan total quality management?
2. Bagaimana
prinsip-prinsip dari total quality management yang diterapkan di sekolah?
3. Bagaimana
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam aplikasi total quality
management agar dapat berjalan dengan optimal di sekolah?
4. Adakah
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan total quality management di sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan
pengertian total quality management / manajemen mutu terpadu
2. Mengetahui
prinsip-prinsip dalam total quality management yang diaplikasikan disekolah
3. Mengidentifikasi
langkah-langkah yang dilakukan dalam total quality management agar dapat
berjalan dengan optimal
4. Mengetahui
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan total quality management di sekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Total Quality Management
Total Quality
Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu adalah Sistem manajemen dengan
pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap
kegiatan sekolah, mutu
pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara
efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler
pada peserta didik yang dinyatakan lulusdalam satu jenjang dan program pembelajaran tertentu.
Berkaitan dengan manajemen mutu
terpadu (Total Quality Management)
dapat dikatakan bahwa konsep mutu memerlukan komitmen serta keterlibatan pihak
manajemen pendidikan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara
konsisten, semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas
pendidikan. Manajemen mutu terpadu bertujuan untuk memperbaiki kulitas sekolah
secara terus menerus/ berkesinambungan.
2.2 Prinsip-prinsip
Total Quality Management dalam pelaksanaannya di sekolah
Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan
suatu perubahan baik perubahan dalam budaya dan sistem nilai dari suatu
organisasi yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu.
Ada empat prinsip utama manajemen mutu
terpadu yang merupakan sasaran dalam pengelolaan pendidikan yaitu:
1. Kepuasan pelanggan
Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan
pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi bermuara pada kesesuaian dengan
spesialisasi-spesialisasi tertentu
tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri
meliputi pelanggan internal dan eksternal . kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk
di dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala
aktfitas organisasi harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.
2. Respek terhadap setiap orang
Dalam organisasi yang kualitasnya kelas
dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memilki talenta dan
kreatifitas khas. Ini berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya organisasi
yang paling berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi harus
diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan, karyawan akan merasa lebih
bertanggung jawab terhadap hasil keputusan yang merupakan keputusan bersama,
sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua lapisan.
3. Manajemen berdasarkan fakta
Organisasi kelas dunia biasanya
berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil
berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang berkaitan
dengan ini . Pertam aadanya prioritas
dan kedua adanya variasi.
Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat
dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen
dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang
sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan adalah varibilitas kinerja manusia
yang memberikan gambaran pada sistem organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan
dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Kesinambungan
Untuk dapat sukses setiap organisasi perlu
melakukan proses yang sistematis dalam melaksanakan perbaikan yang
berkesinambungan . Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA (Paln-Do-Check-act). Siklus ini terdiri
dari langkah-langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil
pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan
rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
PDCA pertama kali ditemukan oleh Walter
Shewhard seorang ahli fisika Amerika yang bekerja pada Telephone Laboratories. Kemudian Deming mempopulerkan PDCA Cycle
sebagai penerapan metode ilmiah untuk proses perencanaan dan pengambilan
keputusan.
Siklus PDCA bisa diterapkan untuk menangani hal-hal berikut :
a.
Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan
(Plan)
b.
Melakukan perbaikan, pengumpulan data dan analisa (do)
c.
Memeriksa dan mempelajari hasil-hasil yang dicapai (check)
d.
Bertindak atas dasar hasil evaluasi dan melanjutkan perbaikan proses.
2.3 langkah-langkah dalam pelaksanaan Total
Quality Management di sekolah agar dapat berjalan optimal
Ahli
mutu W. Edward Deming menggunakan 14 langkah untuk menerapkan perbaikan mutu
yang dikenal dengan ‘Deming’s Fourteen
Points’. Langkah – langkah tersebut dideskripsikan sebagai berikut :
1. Menciptakan sebuah usaha peningkatan
produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta
menyediakan lowongan pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi
yang hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan
terjadi pada 20 atau 30 tahun mendatang. Mereka harus memiliki rencana jangka
panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka harus
terus menerus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.
2. Mengadopsi falsafah baru. Sebuah
organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus mempertahankan penundaan
waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Mereka harus membuat
perubahan dan mengadopsi metode kerja yang baru.
3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa
untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan meningkatkan atau menjamin mutu. Anda
tidak dapat mengispeksi mutu ke dalam produk. Deming berpendapat bahwa
manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan tentang alat-alat
statistik dan tehni-tehnik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan
mengembangkan mutu mereka sendiri.
4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan
harga. Menurut Deming harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang
dijual.
5. Tingkatkan secara konstan sistem produksi
dan jasa, Untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, dan selanjutnya turunkan
biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses
peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikan yang berkelanjutan.
6. Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan
terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliruan menggunakan keahlian
orang-orangnya secara tepat. Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja
adalah penting namun yang lebih penting lagi adalah melatih dengan standar
terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.
7. Lembagakan kepemimpinan. Deming mengatakan
bahwa kerja manajemen bukanlah mengawasi melainkan memimpin. Makna dari hal itu
adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil
indikator-indikator prestasi, spesifikasi dan penilaian menuju peranan
kepemimpinan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa yang
lebih baik.
8. Hilangkan rasa takut agar setiap orang
dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan
para pegawai. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan
kerja dengan baik asalkan merekan bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong
semanagat mereka.
9. Uraikan kendala-kendala antar departemen.
Orang dalam departemen berbeda harus dapat bekerja bersama sebagai sebuah tim.
Organisasi tidak diperkenankan untuk memiliki unit atau depatemen yang
mendorong pada arah yang berbeda.
10. Hapuskan slogan, desakan, dan target serta
tingkatkan produktifitas tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat
mempresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer . slogan dan
target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja . kebanyakan persoalan
produksi terletak pada persoalan sistem dan ini merupakan tanggung jawab
manajemen untuk mengatasinya.
11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan
quota numerik
12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas
kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini perlu dilakukan dengan
menghilangkan sistem penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya
keras menentang sistem penilaian yang mana diyakini menempatkan pekerja dalam
kompetisi antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim.
13. Lembagakan aneka program pendidikan yang
meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas kerja
14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar
dapat melakukan transformasi. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah
tugas setiap orang
2.4 Hambatan dalam pelaksanaan Total Quality
Management di sekolah
Berikut ini adalah
kendala-kendala yang sering dihadapi dalam penerapan manajemen mutu terpadu /
total quality management sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci
kendala dalam menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:
1. Lemahnya kepemimpinan dan
delegasi wewenang manajemen
Manajemen Mutu Terpadu akan
berjalan sesuai dengan sasaran yang didinginkan jika pemimpin memiliki komitmen
terhadap keterlibatan semua pihak. Artinya Manajemen Mutu Terpadu tidak akan
berhasil manakala hanya diserahkan kepada tim tertentu yang ditunjuk oleh
pimpinan, sementara pimpinan langsung menyerahkan program Manajeme Mutu Terpadu
tersebut kepada tim yang ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat
mensosialisasikan perbaikan mutu yang dilakukan oleh pimpinan.
2. Proses pengaturan yang tidak memadai
ProgramManajeme Mutu Terpadu
harus mengilhami seluruh kegiatan. Bagi sekolah, maka seluruh kegiatan akademik
(proses belajar mengajar) harus memperoleh perhatian dalam meningkatkan
kualitasnya.
3. Pemilihan pendekatan yang
sempit dan dogmatik
Pendekatan yang sempit dan
dogmatik tidak dapat secara fleksibel memenuhi tuntutan perkembangan. Ini
berarti ada kemandegan atau bahkan akan terjadi proses status quo. Pendekatan
yang sempit tidak akan memberikan kesempatan bagi peningkatan Manajeme Mutu
Terpadu. Manajeme Mutu Terpadu berorientasi pada pelanggan. Pelanggan memiliki
kepuasan yang selalu berkembang. Oleh karenanya pendekatan dogmatik dan sempit
tidak sesuai dengan kepuasan pelanggan.
4. Kurangnya dukungan sistem
informasi dan alat ukur keberhasilan
Lembaga atau oragnisasi termasuk
sekolah amat sulit untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas pelayanan di
lembaganya, manakala tidak memiliki data dasar. Oleh karena itu setiap lembaga
harus memiliki data dasar dan tolok ukur yang dicanangkan oleh lembaga yang
bersangkutan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam pelaksanaannya, Total Quality
Management akan dapat berjalan dengan lancer dan akan berhasil jika di jalankan
secara serempak oleh seluruh warga sekolah di dalamnya. Penerapan Total Quality Mangement memerlukan
komitmen dan kesadaran untuk mengadakan perubahan budaya yang berorientasi pada
peningkatan kualitas dan perbaikan seluruh proses secara terus-menerus,
menyeluruh, dan berkesinambungan. Total Quality Management memang dapat
diterapkan dalam organisasi apa pun termasuk dengan sekolah. Dengan
memperhatikan cara penerapannya, dalam bidang apa saja proses manajemen tersebut
diterapkan, dan bagaimana menyiasati kendala dan hambatan yang menghalangi penerapan
tersebut pada organisasi pendidikan. Apabila dalam pelaksanaannya
prosedur-prosedur dan prinsip yang dijadikan pedoman Total Quality Management
dijalankan benar, maka keberhasilan akan berada di tangan, baik individu maupun
organisasi.
3.2 Saran
Untuk
menyiasati agar pelaksanaan Total Quality Management dapat berjalan dengan
efektif dan efisien, maka peran dan campur tangan seluruh warga di sekolah
sangat diperlukan agar pelaksanaan manajemen di sekolah dapat berjalan dengan
baik, sehingga dapat menghasilkan sekolah bermutu. Selain itu, prosedur-prosedur,
prinsip dan langkah-langkah dalam pelaksanaan Total Quality Management perlu
diperhatikan dan dijalankan sesuai dengan aturannya agar pelaksanaan manajemen
dapat berjalan dengan optimal.
Daftar Pustaka
http://yenirangkuti.blogspot.com/2012/03/implementasi-manajemen-mutu-terpadu.html
mulyadiihsan.blogspot.com/2010/05/implementasi-total-quality-management.html?m=1
vercomfo.blogspot.com/2012/03/total-quality-management.html?m=1
mkasih ya mbak. :)
BalasHapusThanks For Sharing, Interesting Article ^_^
BalasHapusVisit >>> Website